Senja sore itu sungguh tidak bisa diabaikan begitu saja. Gurat-gurat oranyenya mulai berbaur bersama langit yang mulai berubah biru pekat hampir gelap, tidak meninggalkan kesan perpisahan sama sekali. Malahan, oranyenya menimbulkan kesan hangat; seperti pelukan; pelukan seorang kekasih yang sudah lama tidak berjumpa. Gurat-gurat itu kemudian mulai tertelan bersama matahari yang masuk ke peraduan di ufuk barat sana, menyisakan sedikit garis jingga yang malu-malu. Dan hilang. Kini yang ada hanyalah binar-binar kecil yang berpendar menemani pekat, sungguh indah.
Gadis itu melirik arlojinya, hembusan angin malam begitu menggigit, padahal dia sudah memakai jaket tebal serta syal merah muda yang dia rajut sendiri. Tapi itu saja tidak cukup, angin sialan itu seperti menusuk tulang-tulangnya, membuatnya ngilu sehingga mau tidak mau dia harus meninggalkan latar kesukaannya. Sebuah kursi kayu panjang yang dicat putih pucat. Kursi itu langsung menghadap kelaut, memberikan visual biru tua bercampur aqua yang membentang tanpa batas, pun kontras dengan pasir putihnya yang lembut. Dan yang paling gadis itu sukai adalah ketika dia bisa menikmati sisa sorenya, duduk dikursi itu menghadap laut sambil melihat senja yang meninggalkan warna-warna indahnya lalu berubah temaram. Gadis itu merapikan jaketnya, memutuskan untuk pulang.
Bagian belakang rumahnya memang langsung mengarah kepada laut. Itu sebabnya dia mencintai laut. Ketika tidak ada seorang pun yang dapat diajaknya bercerita, maka dia berlari kepada laut. Dia juga mencintai suara ombak yang bersahutan bergantian ditemani siulan-siulan pelan yang berasal dari kerang, yang teronggok begitu saja dipinggir pantai. Dia berdiri pelan, rasanya seperti enggan untuk beranjak keluar dari duanianya yang damai bersama laut. Tapi dia harus, maka dia mulai berjalan menyusuri rumput-rumput liar yang tumbuh dipinggir jalan setapak yang akan mengantarkannya pulang.
Sebenarnya ada yang paling dia rindukan ketika duduk dikursi itu. Kenangan-kenangan yang tidak bisa dia buang begitu saja, dia lupakan begitu saja dan dia hilangkan begitu saja. Kenangan itu terlalu berharga, tentang seorang pria yang mencuri hatinya beberapa tahun lalu dan belum kembali untuk mengembalikannya lagi. Sehingga, sampai saat ini, dia merasa masih terkurung dalam penjara pria itu, tidak bisa bergerak bebas menemukan yang lain karena terhalang besi-besi dingin yang kuat. Dialah Senja.
- to be continue -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar